Qurban Hasil Urunan

Qurban Hasil Urunan

Smallest Font
Largest Font

Ocit Abdurrosyid Siddiq
Penulis adalah warga biasa

_Disclaimer : Tulisan ini bukan fatwa dan bukan pendapat fiqh. Hanya celoteh ringan menemani anda sambil ngahihidan sate pagi ini, Selasa, 11 Dzulhijjah 1445 H_
***

Sebelum pelaksanaan shalat idul adha, panitia mengumumkan daftar nama jamaah yang berqurban hewan. Ada yang berqurban dengan hewan kambing, domba, sapi, dan kerbau. Kata ustadz saya waktu sekolah di madrosah, seekor kambing dan domba bisa dijadikan hewan qurban untuk satu orang. Sementara seekor sapi dan kerbau, bisa dijadikan hewan berqurban untuk tujuh orang.

Saat panitia menyebut satu nama untuk seekor kambing atau domba, atau ketika menyebut tujuh nama untuk satu ekor sapi atau kerbau, tak ada yang aneh. Namun ketika panitia menyebut bahwa satu ekor sapi atau kerbau merupakan hasil iuran sejumlah orang -misalnya komunitas ibu-ibu majelis taklim, atau anggota organisasi, atau siswa dalam satu kelas- maka disinilah menariknya. Menarik karena ustadz saya di madrosah luput menyampaikan perihal ini.

Berqurban merupakan salah satu ibadah. Ibadah yang dianjurkan oleh Allah SWT. Jauh sebelum wahyu Allah SWT turun kepada Rosulullah SAW dalam Surat Al-Kautsar, yang menyebutkan bahwa _“Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia yang sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban”,_ Allah telah memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih hewan qurban.

Sahabat Jabir bin Abdullah pernah berkata, _“Kami pernah menyembelih bersama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiyah, seekor unta untuk 7 orang, dan seekor sapi untuk 7 orang”._ Kerbau tak disebutkan karena hewan itu tak hidup di Arab yang berpasir dan kerontang. Apakah hadits ini sahih? Entahlah, itu tugas musthalahul hadits untuk mengupasnya.

Jadi, merujuk pada kesaksian Jabir, yang mengaku pernah menyaksikan Rosulullah SAW pernah memberikan contoh seekor unta atau sapi bisa dijadikan hewan qurban untuk paling banyak 7 orang. Sedangkan seekor domba atau kambing hanya boleh untuk satu orang, selain dicontohkan oleh Rosulullah SAW, juga pernah dilakukan oleh Ibrohim AS sebagai pengganti anaknya, Ismail AS. Setidaknya demikian keyakinan umat Islam.

Jadi, domba atau kambing hanya untuk satu orang, dan sapi atau kerbau bisa untuk tujuh orang. Bagaimana dengan sapi atau kerbau yang diqurbankan dari hasil urunan atau iuran lebih dari tujuh orang? Bila mengacu kepada hadits Rosulullah SAW, maka yang demikian bukan termasuk qurban. Apakah dengan demikian sembelihan hewan hasil iuran lebih dari tujuh orang yang dimaksudkan untuk qurban itu mubazir. Tidak juga.

Ketika disembelih, hewan itu bisa bernilai infak atau sodaqoh. Oleh panitia, dagingnya bisa dibagikan kepada para mustahik; anak yatim, orang fakir, dan mustahik lainnya. Dengan demikian, para penyumbang tetap mendapatkan pahala dari hasil iurannya. Pahala infak atau pahala sodaqoh, bukan pahala qurban.

Namun hewan itu bisa bernilai pahala qurban ketika para penyumbang yang berjumlah lebih dari tujuh orang itu, menyepakati dan merelakan bahwa hewan itu untuk qurban. Qurban bagi tujuh orang diantara mereka, atau tujuh orang diluar mereka, atau tujuh orang gabungan dari antar mereka dan diluar mereka.

Maka, walau hasil iuran, hewan itu bisa menjadi qurban, tapi hanya untuk tujuh orang. Dengan begitu, tujuh orang mendapat pahala qurban, sementara yang lain mendapat pahala infak atau sodaqoh. Karena dalam Al-Zalzalah disebutkan bahwa _“fa man ya’mal mitsqola dzarrotin khoiroyyaroh”._

Dalam salah satu acara pengajian, ada seorang penceramah yang mengatakan bahwa seekor hewan yang dijadikan qurban, entah seukuran kambing atau sapi, bukan hanya bisa untuk satu orang yang berqurban, bukan hanya untuk 7 orang, bahkan atas nama sebanyak-banyaknya orang juga boleh. Menurutnya, urusan pahala mah bukan urusan kita. Perkara itu hanya Tuhan yang tahu. Benar juga ya.

Hanya saja, bisa jadi nilai pahala itu menjadi hangus, manakala muncul rasa bangga apalagi takabur, saat panitia mengumumkan namanya sebagai shohibul qurban. _“Nah, yang itu gue, lho”,_ bisiknya pada orang yang duduk sejajar satu shaf sampingnya. Kemudian berdiri, maju ke muka, mendapat aplaus jamaah, lalu difoto, sambil senyum dan jabat tangan, dan besoknya tampil di media.

Lho, bukankah _“kebaikan yang dipublikasikan itu masih jauh lebih bagus dibandingkan dengan kejahatan yang dipublikasikan?”._ Iya juga ya. _Yo wis,_ masih lebih bagus antum yang berqurban walau dipublikasikan, atau kalian yang iuran untuk infak dan sodaqoh, daripada ane yang baru bisa pura-pura ikut _ngaranjap_ padahal _pengen nebeng nyate,_ hehe. Wallahua’lam.
***

Selasa, 18 Juni 2024 M

Portalnusantara.id
Daisy Floren
Daisy Floren
PORNUS Author